October 29, 2013

The Celebration | Festen (1998)


The Celebration (1998)





Festen (1998)
The Celebration
Drama
Director: Thomas Vinterberg
Music: Lars Bo Jensen
Release date(s): May 1998 (Cannes)
19 June 1998 (Denmark)
Running time: 105 minutes
Country: Denmark
Language: Danish 

Starring:
Ulrich Thomsen
Henning Moritzen
Thomas Bo Larsen
Paprika Steen
Birthe Neumann
Trine Dyrholm





Keluarga Kingenfelt yang terpandang dan terhormat, berkumpul untuk merayakan ulang tahun kepala keluarga tersebut, Helge (Henning Moritzen) yang ke-60. Perayaan tersebut dihadiri oleh anak, cucu, menantu dan seluruh kerabat. Christian (Ulrich Thomsen), si anak sulung, tiba-tiba menguak sebuah rahasia keluarga yang menggegerkan seluruh orang di pesta tersebut. Perayaan yang seharusnya menjadi momen menyenangkan tersebut mendadak menjadi absurd dan penuh kejutan.

  

Awalnya, kita mungkin akan mengira bahwa fim ini hanya berkisah tentang reuni sebuah keluarga pada perayaan ulang tahun sang ayah.  Namun, bukan cuma itu saja yang akan diceritakan dalam film berdurasi 105 menit ini. Bahkan perayaan yang dimaksud pun bukanlah perayaan biasa, melainkan seperti perayaan yang penuh kejutan tentang konflik sebuah keluarga yang dibiarkan terkubur selama bertahun-tahun. Lewat sebuah pernyataan seorang anak tertua dalam keluarga Kingenfelt tersebut, saru demi satu rahasia keluarga pun terbongkar. Lebih tragisnya hal itu terjadi di tengah jamuan makan malam perayaan ulang tahun sang ayah. Vinterberg dengan cerdasnya merubah sebuah plot cerita yang biasa dan sering kita tonto menjadi sajian cerita yang gelap dan suram, lugas, meluap-luap dan dibalut sedikit dark comedy. Dengan gamblangnya, Vinterberg menunjukkan pada penontonnya tentang kejujuran yang ditampilkan dalam film ini. Dan mau tidak mau, kita dipaksa untuk bertahan menyaksikan film ini.

 

Kejujuran itu semakin tampak takkala Vinterberg membuat gebrakan baru dalam dunia perfilman dengan menciptakan style Dogme 95. Festen merupakan film pertama yang dibuat dengan Dogme 95. Aturan baku style Dogme 95 adalah penggunaan cahaya alami, kamera di tangan yang menghasilkan gambar bergoyang-goyang dan cukup membuat pusing mata yang melihatnya, resolusi gambar yang kasar dan jauh dari kesan sempurna maupun artisitik, justru mampu membuat adegan yang terlihat nyata dan real. Lihat saja pada adegan pestanya yang seolah-olah membuat penonton sedang berada langsung di pesta tersebut. Lalu lihat juga akting para pemainnya yang seperti sedang tidak berakting, malah seperti tak ada yang tahu bahwa mereka sedang disorot atau disyuting. Yang membuat film ini semakin terlihat real adalah tidak adanya back sound yang ciptakan dengan sengaja. Yang menjadi back sound justru berasal dari iringan musik yang memang langsung dimainkan pemain musik di adegan pesta tersebut. Tentu, Vinterberg melakukan ini karena ingin membuat filmnya terlihat real dan mendekatkan rasa emosional penonton dengan para karakter masing-masing di film ini.

 

 
Ya, para karakter dalam film ini memang sangat kuat, unik dan khas. Terima kasih untuk para pemainnya yang mampu memainkan tiap karakter tersebut menjadi begitu terlihat 'wah' dan keren. Akting mereka terlihat spontan dan natural. Ulrich Thomsen, Henning Moritzen, Thomas Bo Larsen, Paprika Steen, Birthe Neumann, dan Trine Dyrholm menampilkan akting yang gemilang. Karakter favorit saya adalah Helene yang diperankan oleh Paprika Steen. Dan scene yang paling saya suka adalah ketika dia bersama si resepsionis, Lars (Lars Brygmann) mendapat suatu pesan yang tersembunyi di kamar saudarinya yang mati bunuh diri, Linda.

 

Akhirnya, Festen menjadi drama klasik keluarga yang terlihat emosional dan lugas dalam menyampaikan maknanya. Dan dengan style Dogme 95-nya, Festen telah menjadi sebuah trademark baru dalam sejarah film. Amazing!
















October 26, 2013

A Royal Affair | En kongelig affære (2012)


A Royal Affair (2012)




A Royal Affair (2012)
En kongelig affære 
Drama | History | Romance
Based on Prinsesse af blodet by Bodil Steensen-Leth
Director: Nikolaj Arcel
Music: Cyrille Aufort, Gabriel Yared
Release date(s): March 29, 2012 
Running time: 137 minutes
Country: Denmark, Sweden, Czech Republic
Language: Danish 

Starring:

Pada tahun 1767, Raja Christian VII (Mikkel Følsgaard) yang kala itu masih berusia 17 tahun menikah dengan Putri Caroline Matilda (Alicia Vikander) yang berasal dari kerajaan Inggris. Sayangnya, Matilda tidak tahu bahwa Christian kekanak-kanakan, egois dan menderita sakit mental. Dia bahkan sama sekali tidak bisa bercinta dengan Matilda dan lebih senang menghabiskan waktunya dengan para pelacur. Tanpa kasih sayang sang suami dan tekanan dimana-mana, Matilda merasakan depresi dan tekanan mental yang berat. Sosok Johann Friedrich Struensee (Mads Mikkelsen), yang merupakan dokter pribadi sang raja, membuat Matilda yang kesepian, jatuh hati karena sifat dewasa dan idealisnya. Perasaan Matilda disambut oleh Struensee dan mereka berdua akhirnya menjalin hubungan terlarang tersebut secara diam-diam. Sebagai satu-satunya orang yang dapat mempengaruhi sang raja, Struensee memulai revolusi melalui pengaruh Christian yang merubah Denmark selamanya. 
  
Melihat judulnya saja, penonton mungkin sudah bisa menebak tentang jalan ceritanya. Tapi, percayalah, hal tersebut tidak akan mengurangi kenikmatan menonton film ini. Bahkan saya akhirnya tidak penasaran lagi kenapa review filmnya positif dan mendapat rating yang cukup tinggi dimana-mana. Menyajikan sebuah film berlatar belakang sejarah memang tidak mudah. Tanpa perhitungan yang matang dalam segala hal, bukannya film bagus yang tercipta, malah film yang terkesan asal jadi nantinya. Nikolaj tahu betul bagaimana membuat sebuah film bagus. Eksekusi yang baik dan tertata rapi, script yang cerdas ditambah sinematografinya yang indah, membuat En kongelig affære (A Royal Affair) menjadi tontonan cerdas dan bermutu. Belum lagi, setting dan kostum yang begitu indah, membuat kita seolah-olah menyaksikan sendiri masa-masa tahun 1760-an.

 
Khas drama tentang kerajaan, tentulah akan banyak konfilik-konflik sepanjang film berlangsung. Apalagi film ini berdasarkan kisah nyata yang terjadi pada kerajaan Denmark beberapa abad yang lalu. Drama, romance, skandal, permainan politik dan kisah sejarah ditampilkan dengan dengan porsi yang pas oleh Nikolaj. Walaupun durasinya lama, namun tidak terasa membosankan menonton film ini.


Akting keren ditampilkan oleh ketiga pemain  utamanya. Mikkel Følsgaard dengan sangat baik memerankan Christian yang sedikit 'sinting' dan sama sekali tidak mencerminkan perilaku seorang raja. Lihatlah bagaimana Christian yang justru lebih peduli pada hewan peliharaannya ketimbang istrinya sendiri.  Matilda yang nyaris terlihat gloomy sepanjang film diperankan dengan baik oleh Alicia Vikander. Dan tentunya Mads Mikkelsen yang aktingnya tak perlu dipertanyakan lagi. 

 

Finally, En kongelig affære is a smart, well-paced movie with sense of drama and history. Film ini bahkan bisa menjadi media alternatif lain untuk mempelajari sejarah, khususnya sejarah kerajaan Denmark di abad ke-18.



A young queen, who is married to an insane king, falls secretly in love with her physician - and together they start a revolution that changes a nation forever.











A young queen, who is married to an insane king, falls secretly in love with her physician - and together they start a revolution that changes a nation forever.

October 20, 2013

A Hijacking | Kapringen (2012)


A Hijacking (2012)






Kapringen (2012)
A Hijacking
Drama | Thriller | Suspense
Director: Tobias Lindholm
Release date(s): 3 September 2012 (Venice)
20 September 2012 (Denmark)
Running time: 99 minutes
Country: Denmark
Language: Danish

Starring:
Johan Philip Asbæk
Dar Salim
Abdihakin Asgar





Kapal kargo MV Rozen Denmark dibajak oleh perompak Somalia di samudra Hindia. Para perompak meminta uang tebusan jutaan dolar. Peter C. Ludvigsen (Søren Malling) sebagai boss perusahaan kapal kargo tersebut, memutuskan untuk menyembunyikan kasus tersebut dari pihak luar. Dengan bantuan tangan kanannya, Lars Ve (Dar Salim), mereka meminta bantuan ahli untuk bernegoisasi. Negoisasi itu dilakukan via telepon dengan negoisator pembajak bernama Omar (Abdihakin Asgar) yang menyuruh juru masak kapal, Mikkel Hartmann (Johan Philip Asbæk) untuk berunding dengan Peter. Negoisasi tidaklah serta merta berlangsung mulus dan para sandera harus berjuang bertahan hidup dalam pertarungan hidup dan mati di kapal yang terbajak tersebut.


Sederhana, fokus, mencekam, dan mengasyikkan. Kata-kata tersebut sangat pantas diberikan untuk Kapringen (A Hijacking). Film ini mampu memberikan sentuhan thriller yang mencekam, menegangkan dan membuat frustasi yang menontonnya. Film ini pun tetap konsisten dengan alur ceritanya meski terkesan sedikit lambat. Dengan setting yang tidak banyak dan lebih fokus pada dua tempat berbeda, kapal yang dibajak dan perusahaan kapal tersebut, tidak serta merta membuat film ini menjadi membosankan. Justru penonton semakin merasakan ikatan kuat dengan para karakter di dalamnya sembari membayangkan langsung jika hal tersebut terjadi pada diri kita sendiri. Lindholm sengaja memainkan emosi penontonnya secara terfokus. Kecemasan dan ketegangan silih berganti dalam tiap adegan dalam film ini. Namun Lindholm juga pandai memberikan sedikit ruang kelegaan dan kebahagiaan dalam adegannya, seperti ketika para perompak itu sedikit berbincang, bercanda bahkan menyanyi bersama dengan para sandera.

 

Namun, apa yang digambarkan dalam film ini bukan hanya soal pembajakan kapal, tapi juga tentang para kru kapal, situasi yang mereka dapatkan dan hubungan mereka dengan perusahaan kapal, dan tanggung jawab uang tebusan untuk keselamatan para sandera. Kita akan melihat bagaimana suasana negoisasi yang terasa lama dan berbelit-belit. Di satu sisi kita merasa pihak perusahaan seperti kurang bertanggung jawab dengan menutupi kasus tersebut dari pihak luar, tapi di sisi lain kita pun akan melihat betapa sulitnya posisi mereka (pihak perusahaan) mengatasi permasalahan tersebut. Lindholm seperti sengaja membiarkan penonton mempunyai interpretasi tersendiri terhadap jalan ceritanya.


Salah satu hal yang unik dalam film ini adalah pembicaraan para perompak yang tidak diterjemahkan sama sekali sehingga kita tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Dalam hitungan menit mereka bisa berubah dari yang tenang, bercanda, tertawa tiba-tiba marah dan murka tanpa alasan yang jelas sambil menodongkan senjata ke arah sandera. Hal inilah yang sebenarnya dialami oleh para awak kapal yang disandera. Secara tidak langsung, penonton sengaja di tempatkan di posisi para sandera tersebut untuk dapat merasakan apa yang mereka alami di posisi seperti itu. Film yang sukses menaikkan tensi anda dan membuat anda seperti merasakan langsung yang dialami para karakter dalam film ini. Dengan kata lain, film ini berusaha untuk menggambarkan rasa teror yang dialami para awak kapal yang kapalnya dibajak oleh para perompak.

 

Kapringen memang tidak menawarkan scene aksi besar nan hebat yang dibalut oleh scoring musik yang dramatis. Film ini juga bukanlah sebuah melodrama, hanya menampilkan beberapa scene tentang anggota keluarga para kru kapal yang dibajak tersebut. Itu pun bukanlah adegan cengeng, melainkan adegan yang memang seharusnya memang ada jika anggota keluarga kita mengalami nasib yang sama. Selain itu, penonton diajak untuk menyaksikan interaksi antara perompak dan kru kapal, bagaimana hubungan yang terbangun namun akhirnya tiba-tiba harus hancur lagi, benar-benar sangat emosional.


Tak bisa dipungkiri, satu kunci kesuksesan sebuah film karena permainan bagus para aktor dan aktrisnya. Søren Malling-lah yang menjadi juru kunci kesuksesan Kapringen ini. Karakternya sebagai Peter dengan wajah tenangnya yang dingin dan tampak bisa mengendalikan segalanya dengan baik memang menjadi karakter yang brilliant. Johan Philip Asbæk yang berperan sebagai Mikkel juga menampilkan performa gemilang. Baik Malling maupun Asbæk sama-sama mampu menampilkan karakter yang ekspresif dalam diam namun tersiksa dalam rasa frustasi menunggu ketidakpastian. Simaklah pertanyaan frustasi Mikkel berikut ini kepada Peter, “Why don’t you want to help us?”. Tentu, kita pun akan berpikiran sama seperti Mikkel, kenapa?. "Why isn’t the company paying the ransom? Don’t they care about their crew? Don’t the lives of these people matter?". Kembali lagi seperti yang sudah saya tulis di atas, bahwa kita akan diajak melihat tidak hanya dari satu sisi saja, melainkan dari dua sisi berbeda, sehingga penonton dibebaskan untuk berinterpretasi masing-masing. Satu hal lagi yang menarik dalam film ini adalah Gary Skjoldmose Porter, pemeran Connor Julian, negosiator yang sengaja disewa untuk berunding dengan para perompak, ternyata bukanlah seorang aktor, melainkan memang seorang konsultan keamanan perusahaan di dunia nyata.   
 


Kapringen memang bukanlah sebuah film action dimana ada karakter baik dan jahat yang berlaga. Kapringen hanyalah gambaran tentang ketegangan dan teror suatu tindakan. Film ini juga tidak sedramatis film-film versi Hollywood yang mempunyai tema sama. Dan twist di ending mempunyai ironi gelap yang tidak akan ditemui di sebuah film mainstream. Jelas, Kapringen adalah sebuah drama thriller psikologis yang berkualitas dan menguras emosi. It's a tense watch.
















October 19, 2013

The Hunt | Jagten (2012)


The Hunt (2012)






Jagten (2012)
The Hunt (2012)
Drama
Music: Nikolaj Egelund
Release date(s): 20 May 2012 (Cannes)
10 January 2013 (Denmark)
Running time: 115 minutes
Country: Denmark
Language: Danish

Starring:





Lucas (Mads Mikkelsen) adalah seorang pria yang bekerja di sebuah taman kanak-kanak di sebuah kota kecil. Hidupnya seperti orang kebanyakan di kota tersebut. Dia menikmati hidupnya dengan senang dan anak-anak di tempatnya bekerja senang bermain dengannya. Hal tersebut malah kontras dengan kehidupan pribadinya dimana dia bercerai dengan istrinya dan tidak mendapatkan hak asuh atas putranya, Marcus (Lasse Fogelstrøm). Namun kehidupannya yang normal tersebut mendadak berubah total tatkala dia dituduh melecehkan salah seorang siswi di tempatnya bekerja. Lebih tragis lagi, Klara, anak perempuan tersebut adalah putri sahabat baiknya, Theo (Thomas Bo Larsen).

  

Klara yang kesepian karena orang tuanya sering bertengkar, sering pergi bersama Lucas ke sekolah. Klara juga sering menanyakan anjing kepunyaan Lucas karena dia menyukainya. Kedekatan tersebut membuat semua warga percaya atas apa yang dilakukan Lucas pada Klara. Terlebih lagi ucapan pelecehan tersebut langsung dari mulut Klara sendiri, yang dikenal tidak pernah berbohong dan memiliki daya imajinasi tinggi. Seketika hidup Lucas hancur berkeping-keping.


Jagten (The Hunt) bukanlah tipe drama ringan. Ceritanya begitu berat, suram dan kelam, terlihat kontras dengan sinematografinya yang indah. Premisnya memang sederhana dan sempit, namun Vinterberg sukses membawa penonton merasakan sensasi penuh emosi, tekanan dan intimidasi yang berat selama film ini berlangsung. Konfliknya dibangun tanpa terburu-buru dan memang cenderung lambat, namun mampu membuatnya terasa real. Vinterberg sangat pintar membuat para penonton seperti ikut serta dalam konflik demi konflik yang terjadi dan menghadirkan kegelapan yang suram sehingga mau tidak mau ikut jatuh ke jurang kegelapan tersebut. Antara marah, kesal, benci, haru, sedih, semuanya bercampur baur menjadi satu.

 

Ya, kesal dan muak memang menjadi hal lumrah yang akan dirasakan penonton ketika menyaksikan film ini. Film ini memang sukses membuat penonton merasa tidak nyaman tentang banyak hal. Lucas sebagai sosok pria lembut dan penyayang, tentu akan membuat penonton menyukainya. Penonton pun mungkin akan membelanya dari kesalahan yang tidak diperbuatnya. Namun, ketika seorang anak kecil yang polos mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dikatakan anak seusianya tersebut, tentulah menjadi pilihan yang sulit untuk penonton sendiri. Sanggupkah kita menyalahkan sang anak yang sebenarnya hanya takut kehilangan seseorang yang disayanginya, kendati ucapan dari seorang anak kecil polos tersebut ternyata malah bisa menjadi senjata ampuh untuk menghancurkan hidup seseorang? Jujur, itu menjadi pilihan sulit. Vinterberg menyuruh para penontonnya untuk menyaksikan dan merasakan secara langsung yang terjadi pada karakter utama dengan penuh emosional dan menyakitkan. Lucas bagaikan 'buruan' oleh seluruh warga di kotanya dengan berbagai tindakan diskriminatif yang dialaminya pasca insiden "ucapan seorang anak kecil" tersebut.

 

Akting Mikkelsen jelas menjadi point utama dalam film ini. Ya, akting jempolan Mikkelsen memang menjadi kunci utama kesuksesan film ini. Tanpa akting yang baik, sebuah script yang bagus belum tentu membuat sebuah film menjadi bagus juga. Gesture yang ditampilkan Mikkelsen sudah mewakili emosi terdalam dari seorang Lucas yang harus dihadapkan pada kenyataan pahit untuk berjuang sendirian melawan segala diskriminasi yang dialamatkan padanya. Lucas (dipaksa) untuk kehilangan hampir semua yang dia miliki. Penonton diajak ikut serta menyaksikan menit demi menit yang menyesakkan tanpa diberi kesempatan untuk merasa iba sedikit pun. Terkadang kita jadi bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana jika hal tersebut terjadi pada kita? Apa yang akan kita lakukan? Bisakah kita setegar Lucas?”

 

Jagten sendiri seperti memaknai bahwa hidup ini layaknya sebuah perburuan, dimana kita yang memburu atau justru kita yang diburu. Jagten memang bukanlah sebuah film horror yang akan mengagetkan anda, namun Jagten justru mampu menghadirkan perasaan horor yang justru lebih horor dari film horor sekalipun. Horornya merasuki setiap sudut terdalam diri anda  sendiri dan menimbulkan rasa takut mencekam. Klimaksnya, kita sendiri seperti merasakan langsung yang dialami karakter utama dalam film ini. Sungguh fitnah memang lebih kejam dari pembunuhan. Overall, Jagten adalah film cerdas yang sangat memuaskan dan sukses menari-nari di benak anda, bahkan ketika film ini telah berakhir sekalipun.

 












Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png