December 30, 2013

Movie List 2013 - December


Bulan ini nonton film-film karya anak bangsa alias film Indonesia.




















AWARDS



















December 25, 2013

Janji Joni (2005)


Janji Joni (2005)







Janji Joni (2005)
Adventure | Comedy | Romance
Director: Joko Anwar
Release Date: 27 April 2005
Duration: 83 minutes
Country: Indonesia
Language: Indonesian
Starring:




“Gua adalah orang di balik layar, 
gua orang yang menentukan apakah lo bisa nonton film di bioskop atau enggak” 
- Joni - 



Joni (Nicholas Saputra) adalah seorang pengantar roll film yang pekerjaannya mengantar film dari satu bioskop ke bioskop lain. Joni bertanggung jawab untuk mengantarkan roll film tersebut tepat waktu sehingga penonton tidak akan kecewa ketika menonton di bioskop. Dan Joni sangat mencintai pekerjaannya yang seringkali dianggap sebelah mata tersebut. Suatu hari, Joni secara tidak sengaja melihat seorang gadis cantik (Mariana Renata) di bioskop dan tertarik padanya. Joni lalu menanyakan namanya, tapi gadis yang ternyata telah mempunyai pacar (Surya Saputra) tersebut mengatakan bahwa dia akan memberitahu namanya jika Joni mengantarkan roll film tepat waktu. Joni pun menerima tantangan tersebut. Namun sepertinya hari itu semua orang berkonspirasi menggagalkan usaha Joni. Joni malah harus mengalami berbagai peristiwa yang membuatnya harus berpacu dengan waktu agar tidak terlambat mengantar roll film. Berhasilkah Joni? 
 

Bisa dibilang Janji Joni adalah film besutan Joko Anwar yang paling santai, ringan dan fun dibanding film-filmnya yang lain seperti Pintu Terlarang, Kala, atau Modus Anomali. Beberapa kali di putar di televisi, tetap saja waktu itu saya tidak bisa menangkap intisari dari ceritanya. Ya, mungkin karena menontonnya terpotong-potong oleh iklan. Ide ceritanya sendiri terinspirasi dari kejadian yang dialami sang sutradara sendiri ketika tengah asik menonton film di bioskop, tiba-tiba filmnya terputus lantaran pengantar filmnya mengalami kecelakaan. 

 

Yah.. mungkin kita tidak akan pernah menyangka bahwa pekerjaan seperti yang dilakoni Joni adalah pekerjaan yang sangat krusial, terutama bagi para penonton bioskop karena ditangan merekalah nasib para penonton bioskop. Pengantar roll film ini harus mengantarkan roll film dari satu bioskop ke bioskop lainnya secara bergiliran lantaran produsen film hanya menyediakan 1 roll film untuk 2-3 bioskop sebagai penghematan pengeluaran. Maka dari itu dibuatlah sistem jam tayang yang berbeda antara satu bioskop dengan bioskop lainnya. Itulah kenapa kita bisa lihat di bioskop film yang diputar nyaris tidak pernah sama jam tayangnya untuk satu film yang sama. Dengan menonton film ini kita jadi tahu suka duka perjuangan mereka melakukan pekerjaan yang mungkin hanya dianggap sebelah mata tersebut. Tak hanya itu saja, Joko Anwar pun dengan cerdiknya menampilkan orang-orang yang bekerja di balik pembuatan film seperti sutradara, kameramen, produser, penulis skenario dan artis. 
 

Janji Joni sendiri merupakan sebuah sindiran tajam dimana sesungguhnya sebuah janji haruslah ditepati walaupun berbagai rintangan menghadang. Seperti halnya rintangan-rintangan yang dihadapi Joni seperti motornya di curi ketika membantu seorang kakek buta menyeberang, membantu persalinan istri supir taksi (Barry Prima), dipaksa jadi figuran film oleh sutradara (Ria Irawan), menolong cewek bernama Voni (Rachel Maryam) yang dijambret, jadi drummer bandnya Voni, ke tempat seniman sinting bernama Adam Subandi (Sujiwo Tejo), namun dia harus tetap menepati janjinya dan berpacu dengan waktu untuk tepat waktu mengantarkan roll film. Ya, tepat waktu menjadi hal yang mahal harganya untuk masyarakat kita yang dikenal sebagai masyarakat jam karet. Padahal keterlambatan yang walau hanya sebentar, menimbulkan efek yang sangat merugikan orang lain, seperti kasus dalam film ini sendiri. Bukan itu saja, Joko pun menampilkan sebuah kritik sosial tentang sulitnya menjadi orang baik saat ini. Seperti halnya Joni yang hendak berbuat baik justru malah hal buruk menimpa dirinya.


Nicholas Saputra tentu mempunyai andil besar menghidupkan sosok seorang Joni. Karakternya mungkin tidak terlalu kuat namun kesan yang ditinggalkan cukup memorable dan menyenangkan. Begitu pun dengan Mariana Renata dan Rachel Maryam yang menjadi ‘pemanis’ yang cukup manis di film ini. Justru yang terasa kuat karakternya adalah karakter Pak Ucok yang diperankan oleh Gito Rollies dan karakter yang diperankan oleh Surya Saputra. Banyaknya cameo yang muncul seperti Aming, Indra Herlambang, Indra Birowo, Winky Wiryawan, Tora Sudiro, Ria Irawan, Sujiwo Tedjo, Wulan Guritno dan lainnya menambah keseruan dari film ini sendiri. Diantara cameo tersebut yang paling menarik adalah karakter supir taksi yang diperankan oleh Barry Prima. Tak ketinggalan ada cameo sang sutradara juga menjelang ending. 
 

Sekali lagi, Janji Joni adalah sebuah film dengan skenario dan dialog yang cerdas, menggambarkan sebuah realita dan kritik sosial dengan bahasa lugas dan tajam namun tetap menyelipkan komedi di beberapa bagian. Dengan berbagai kejutan demi kejutan yang datang silih berganti, tentu akan membuat penonton terus bertahan hingga film usai. Belum lagi pilihan lagu yang keren-keren dari 12 band indie seperti The Adams, Zeke and the Popo, Sajama Cut, The Jonis dan lainnya yang menjadi soundtracknya akan membuat kita susah melupakan film yang satu ini. Bravo!




















December 23, 2013

Catatan Akhir Sekolah (2005)



Catatan Akhir Sekolah (2005)







Catatan Akhir Sekolah (2005)
Director: Hanung Bramantyo
Release Date: 31 March 2005
Country: Indonesia
Language: Indonesian

Starring:




Agni (Ramon Y. Tungka), Arian (Vino Bastian) dan Alde (Marcel Chandrawinata) yang dikenal dengan sebutan A3, menjadi sahabat selama tiga tahun di SMA Fajar Harapan gara-gara urutan nama mereka berdekatan di daftar absen sewaktu masa orientasi sekolah. Selama tiga tahun juga, mereka sering dicap sebagai geng cupu dan dianggap loser di sekolah mereka. Karena hal itulah, mereka berencana untuk membuat sebuah film dokumenter tentang sekolah mereka sebagai bentuk pembuktian eksistensi mereka di sekolah.


 
 

Film ini dibuka dengan adegan awal sekitar 8 menit yang berlangsung tanpa jeda dan tanpa cut. Dalam adegan itu diperkenalkan kehidupan anak-anak SMU Fajar Harapan, keseharian mereka di lorong-lorong sekolah, di dalam kelas, di luar kelas, di lapangan, di kantin, di toilet, dan sebagainya. Dalam adegan itu pula, penonton diberi gambaran mengenai ketiga karakter utama dalam film ini. Agni, si kacamata yang keras kepala, gila film dan penuh teori; Arian yang cuma pemegang kunci mading, setia kawan, menggampangkan segala hal dan emosional; serta Alde yang paling tampan tapi pemalu, anak band, digilai banyak lawan jenis namun tak mampu mengungkapkan perasaannya pada orang yang disukainya. Baik Ramon, Vino maupun Marcel bermain dengan sangat bagus memerankan karakter A3 sehingga menciptakan chemistry yang erat diantara mereka bertiga. Interaksi ketiganya menciptakan momen-momen yang memorable dan tak jarang membuat tersenyum melihatnya. Selain itu ada juga beberapa karakter sentral lainnya, seperti mantan pacar Agni, Alina (Joanna Alexandra) yang telah mempunyai pacar baru, Ray (Christian Sugiono) yang temperamen; teman Alina, Ratih yang disukai Alde secara diam-diam; mama Alde yang diperankan oleh Henidar Amroe dan tentu saja karakter Pak Boris (Joshua Pandelaki) sang kepala sekolah yang diskriminatif, suka korupsi dan agak genit.


 

Menonton film ini seperti bernostalgia mengenang masa-masa sekolah dulu. Semua yang disajikan dalam film ini pastilah pernah dialami oleh kita semua semasa di bangku sekolah. Banyak kejadian yang membuat kita minimal akan tersenyum atau menyengir melihatnya karena seolah-olah kita seperti sedang menyaksikan tingkah polah yang mungkin pernah kita lakukan. Semua kejadian di sekolah seperti pacaran, bolos, nyontek, bullying, ngerokok, mengintip di toilet sampai narkoba di tampilkan seperti realitas yang ada dan ditemui di sekolah. Ya, Catatan Akhir Sekolah memang dibuat serealistis mungkin, dimana digambarkan tentang anak-anak sekolah masa kini. Hebatnya, para figuran yang sepertinya memang asli anak-anak sekolah tersebut, benar-benar berakting dengan natural, lengkap dengan ditampilkannya adegan-adegan yang tampak begitu nyata tanpa perlu terlalu didramatisir. Film ini tidak hanya menceritakan problematika di dalam sekolah saja, tetapi juga di luar sekolah seperti tawuran dan pemalakan preman yang memang sangat dekat dengan kehidupan para anak sekolah. Selain itu, di sisipi juga sedikit bumbu kisah cinta ala anak sekolah dan sebuah kasus korupsi yang terjadi di sekolah.


Walaupun berisi banyak hiburan di dalamnya, film ini tetap memberikan pesan-pesan penting, khususnya untuk anak sekolah agar tidak terjebak dalam hal-hal negatif seperti yang ditunjukkan dalam film ini. Sayang, endingnya terkesan gampangan dan khas film Indonesia yang selalu mencari celah aman untuk mengakhiri sebuah film. Kalau saja Hanung lebih berani membuat ending yang berbeda, seluruh rangkaian cerita yang dibuat dengan sudah bagus di awal, akan menjadi sajian utuh yang sangat bagus. Satu ucapan yang diucapkan Arian ketika mengusulkan judul untuk film dokumenter mereka, "Kita sekolah ini cuma nyatet.. nyatet.. dan nyatet", kok kayaknya mengena banget, ya?! Memang waktu di jaman saya sekolah dulu memang begitu kenyataannya.

















December 14, 2013

Mama Cake (2012)


Mama Cake (2012)









Mama Cake (2012)
Director: Anggy Umbara
Release Date: September 13, 2012
Country: Indonesia
Language: Indonesian

Starring:



Rakha (Ananda Omesh) disuruh papanya membeli Brownies Mama Cake yang fresh langsung dari tokonya di Bandung karena permintaan sang nenek yang sedang sakit keras. Bersama kedua temannya, Willy (Boy William) dan Rio (Ari Dagienkz), Rakha pun melakukan perjalanan ke Bandung yang ternyata justru menjadi sebuah petualangan hebat yang mengubah hidup mereka bertiga.


Satu lagi sajian dalam negeri yang cukup menghibur dan layak untuk ditonton, Mama Cake. Ketika di putar di bioskop, saya tidak sempat menyaksikannya karena keburu hilang dari peredaran - yang bahkan kalah lama dari film horor esek-esek. Film besutan Anggy Umbara ini tak hanya sekedar menceritakan tentang tiga sekawan Rakha, Willy dan Rio untuk membeli sebuah brownies Mama Cake tapi justru film ini mempunyai banyak pesan penting di dalamnya. Film ini mengangkat konflik dan isu-isu seputar agama dan sosial yang merebak di masyarakat. Banyak mitos yang dipatahkan dengan serta merta. Banyak hal yang membuat kita harus merenung dan diwajibkan mengkajinya lebih dalam lagi. Namun, untuk beberapa hal sepertinya terlalu berlebihan dan terkesan sangat menggurui.


Lewat perjalanan yang dilakukan ketiga pemuda dalam film ini, kita dibawa memahami makna kehidupan ini dengan penyampaian yang ringan dan penuh humor segar. Dialog-dialognya pun segar, menghibur, tajam dan tak jarang membuat kita terpaksa meringis mendengarnya. Menariknya lagi, beberapa scene ditampilkan dengan gaya bercerita ala komik, lengkap dengan tampilan full color. Tak hanya itu, Mama Cake pun menampilkan sajian komplit antara drama, komedi, romance, thriller, action hingga horor yang masing-masing mempunyai porsi yang cukup.


Untuk urusan akting, Ananda Omesh yang lebih dulu dikenal sebagai pelawak dan presenter, tidak mengecewakan walau masih harus mengasah aktingnya lebih baik lagi. Karakter Rakha merupakan satu-satunya karakter yang normal diantara karakter kedua temannya. Boy William cukup sukses memerankan karakter Willy yang gaya bicaranya so annoying terdengar di telinga. Ari Dagienkz juga masih bisa mengimbangi akting Omesh dan Boy, sebagai karakter Rio yang terlihat sangat berlebihan ketika ingin menyatu dengan alam. Justru yang terlihat bagus dan menarik perhatian adalah Candil dengan karakternya sebagai karyawan toko Mama Cake. Banyaknya cameo yang muncul juga menambah daya tarik film ini.


Ya, Mama Cake memang masih menyisakan banyak kekurangan di sana-sini, namun kita seharusnya mengapresiasi karya anak bangsa yang berusaha menampilkan film yang bagus, tidak hanya menjual pesona horor esek-esek semata dengan script cerita sampah. Eh, jangan buru-buru beranjak ketika film telah usai karena masih ada sedikit kejutan di credit title.

 















Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png