December 21, 2014

Gita Cinta dari SMA (1979)


Gita Cinta dari SMA (1979)




"Aku yang telah bersusah payah mengejar cintamu ternyata menemui jurang." - Ratna


Apa anda pernah mendengar tentang nama Galih dan Ratna? Atau familiar dengan kisah mereka? Saya yakin pasti pernah, karena nama Galih dan Ratna ada dalam lagu yang dinyanyikan Chrisye dan kalau tidak salah pernah dirilis ulang oleh D' Cinnamons. Dan tahukah anda bahwa kisah Galih dan Ratna ternyata sangat fenomenal di jamannya.? Kisah cinta mereka tersebut tertuang dalam film Gita Cinta dari SMA dimana Rano Karno dan Yessi Gusman yang memerankan kedua tokoh tersebut menjadi icon pasangan remaja yang sangat terkenal dalam film di masa itu. Film ini juga menjadi film terlaris ketiga di Jakarta, tahun 1979 dengan jumlah penonton 162.050 orang. Wow, angka yang cukup fantastis untuk tahun segitu. Walaupun film tersebut dibuat mungkin ketika orang tua kita masih muda - mama saya masih berumur 17 tahun kala itu - tapi kisah yang disajikannya kekal sepanjang masa. Dalam artian, di jaman sekarang pun kita masih bisa menikmati kisah dalam film tersebut - walaupun mungkin beberapa adegannya ada yang tidak cocok lagi dengan jaman sekarang, but it's not a big deal!.

Sesuai judulnya, film ini menceritakan kisah cinta dua sejoli yang masih berstatus pelajar SMA, Galih Rakasiwi (Rano Karno) dan Ratna Suminar Sastrowardoyo (Yessi Gusman) yang juga merupakan pelajar teladan dan bintang kelas di sekolah mereka. Sayangnya, kisah cinta mereka mendapat rintangan yang sangat berat dari ayah Ratna. Ratna bahkan telah dijodohkan dengan seorang mahasiswa fakultas kedokteran. Lalu, bagaimana kisah dua sejoli tersebut? Apakah mereka bisa menghadapi aral merintang dan bersatu kembali?

Mungkin bagi sebagian orang, remaja masa kini khususnya, film ini mungkin terkesan biasa saja, kurang menarik dan ketinggalan jaman, terlebih karena problematika yang terjadi mungkin akan sangat jarang dijumpai di masa sekarang ini. Film ini sederhana, apa adanya, tulus dan jujur dalam menggambarkan segala sesuatunya. Namun, kesederhaan yang tergambar dalam film ini justru yang menjadikan film ini terasa istimewa dan bagus. Kisah cinta remaja yang malu-malu kucing dan polos tergambar jelas dalam setiap adegannya. Hakikat cinta yang tulus digambarkan dengan sederhana, tidak neko-neko, dan bukan hanya mengumbar kata 'I love you' saja di mulut. Ketulusan cinta benar-benar dibuktikan dengan saling mendukung satu sama lain tanpa harus adanya nafsu. Saya tidak yakin kisah cinta remaja sekarang ada yang seperti itu. Kesederhanaan film ini juga tampak dari adegan dan dialognya, tak ada kesan yang dibuat-buat.

Dan adegan-adegannya, terutama adegan di sekolah benar-benar memorable, membuat kita bernostalgia kembali ke jaman sekolah. Saya suka adegan di kelas yang memang digambarkan seperti yang sebenarnya seperti perkenalan murid dan guru baru, guru yang sedang menulis di papan tulis, siswa yang bisik-bisik ketika pelajaran berlangsung dan lainnya. Hal seperti itu nyaris tak ditemukan lagi dalam film atau shitnetron remaja sekarang. Ada juga adegan yang cukup memancing gelak tawa seperti ketika pelajaran olahraga di lapangan dan tak ketinggalan ditampilkan juga adegan pentas seni perpisahan siswa kelas tiga. Ya, film ini benar-benar menggambarkan bagaimana sekolah itu yang sebenarnya. And I miss something like that in the movie nowadays. Dan saya pribadi suka dengan kedua karakter utamanya yang merupakan siswa teladan.

Chemistry yang luar biasa antara Rano Karno dan Yessi Gusman sukses membuat penontonnya seolah merasakan sendiri kisah cinta mereka dalam film ini. Dan soal akting, tak usah diragukan lagi, hampir semua pemain dalam film ini bermain bagus. Dan hal ini jarang sekali ditemukan dalam perfilman tanah air sekarang ini. Kebanyakan film sekarang dibuat asal dengan akting yang juga asal-asalan. Bahkan tak ada script sama sekali, fresh from the oven begitu syuting dimulai. Oh no!! Yeah, memang ada sedikit pencerahan dengan adanya beberapa film yang lumayan berkualitas dalam kurun waktu beberapa tahun ini dan semoga ke depannya semakin banyak lagi sehingga film esek-esek tanpa cerita yang dibuat asal-asalan bisa segera musnah dari perfilman tanah air. Ya ya ya.. ini hanya sedikit uneg-uneg saya saja jadi mari kita kembali ke bahasan awal lagi. Film yang di adaptasi dari Novel karya Eddy D. Iskandar (dirilis ulang tahun 2011) ini juga mempunyai soundtrack yang bagus dan kekal sepanjang masa seperti lagu Gita Cinta dari SMA yang dinyanyikan oleh Rano Karno dan lagu Galih dan Ratna yang dinyanyikan Chrisye. Aransemen musiknya sendiri digawangi oleh Guruh Soekarno Putra yang juga menjadi koreografer untuk adegan di pentas seni perpisahan.

Akhirnya, saya cuma mau bilang kalau film ini bagus dan wajib ditonton oleh pencinta film. Saya pribadi agak susah sebenarnya menonton film bertema romansa begini tetapi saya sangat menikmati film ini. Film ini menjadi bukti nyata bahwa perfilman Indonesia pernah membuat karya yang bagus dan bermutu. Sekedar info saja bahwa film Ada Apa Dengan Cinta juga terinspirasi (katanya) dari film ini. So, you have to watch this movie. Don't miss it!


"Tiada duka selara Galih dan Ratna.
Tiada nostalgia seindah Gita Cinta Dari SMA…" 








Title: Gita Cinta dari SMA | Genre: Romance | Director: Arizal  | Music: Kemal Redha, Guruh Soekarnoputra | Release date: | Duration: | Country: Indonesia | Language: Indonesian | Cast: Rano Karno, Yessi Gusman, Ade Irawan, Adisoerya Abdi, Arie Kusmiran, Doddy Sukma, Lisa Dona, Pong Hardjatmo | Wikipedia | IMDb













December 15, 2014

Midnight Sun | Taiyou No Uta (2006)



Midnight Sun (2006)




(Maybe) Contain Spoiler!
Waktu awal-awal saya kecanduan internet sekitar 7-8 tahun lalu, saya pun mengenal sosok seorang penyanyi Jepang bernama Yui. Dari situ saya pun mengetahui bahwa dia pernah main film berjudul Taiyou no Uta. Waktu itu saya ingin sekali menonton film tersebut tetapi karena ketidaktahuan saya cara mendownload dan susah mencari DVD-nya, maka baru sekarang saya bisa menikmati film tersebut ketika saya kecanduan menonton film lagi setelah vakum lama. Jadi, inilah review singkat saya setelah saya berhasil menonton film berjudul Taiyou no Uta.

Taiyou no Uta yang diartikan Lagu Matahari ini berkisah tentang Kaoru Amane (Yui) yang menderita penyakit Xeroderma Pigmentosum (XP), suatu penyakit yang membuatnya tidak bisa terkena sinar matahari sehingga aktivitasnya nyaris semua dilakukan di malam hari. Kaoru bahkan tidak bersekolah dan teman satu-satunya hanyalah Misaki (Airi Toriyama). Pada malam hari biasanya Kaoru bermain gitar dan menciptakan lagu di sebuah taman. Sedangkan pada siang hari dia justru tidur. Hidupnya benar-benar berbeda seperti kebanyakan orang normal lainnya. Kegemaran lain Kaoru adalah menatap sekeliling melalui jendela kamarnya di lantai dua. Dari situlah dia melihat dunia luar yang tak bisa dirasakannya pada siang hari. Suatu hari ketika melihat ke luar lewat jendela kamarnya, pandangan Kaoru tertuju pada seorang pemuda di halte depan rumahnya. Kaoru seketika jatuh hati pada pemuda yang ternyata bernama Koji Fujishiro (Takashi Tsukamoto) tersebut. Akhirnya Kaoru nekat memperkenalkan dirinya sendiri pada Koji. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah perasaan Kaoru akan terbalas?

Baiklah, complain pertama saya adalah durasinya terlalu lama, 119 menit. Paruh waktu pertama memang enjoy banget nontonnya tapi paruh waktu kedua, saya sempat ketiduran sebentar karena ceritanya mulai terasa cheesy. Dan seperti film dengan tema sama dimana karakter utamanya terkena penyakit mematikan, kita pun pasti sudah tahu seperti apa nantinya yang bakal terjadi pada karakter tersebut. Tapi, ini bukanlah film melodrama buatan Korea yang setiap adegannya pasti dibumbui adegan tear-jerking (yang membuat saya kadang jadi ngantuk menontonnya) dan karakter utamanya pasti terlihat sangat menyedihkan, Taiyou no Uta terlihat lebih realistis. Bahkan karakter Kaoru sekalipun tak terlihat menyedihkan atau harus dikasihani. Semangat pantang menyerahnya serasa menghidupkan suasana dalam film ini (dan ini juga yang membuat saya suka dengan film-film Jepang yang minim melodrama dan lebih menonjolkan semangat pantang menyerah).  Walaupun ada kalanya terlihat karakter Kaoru juga hopeless tapi saya rasa hal itu wajar. Toh, pada akhirnya dia bersemangat lagi untuk mewujudkan impiannya.

Yui yang berperan sebagai Kaoru masih terlihat belum sepenuhnya total berakting. Sesekali terlihat dia malu-malu atau kikuk di depan kamera. Akting kerennya baru terlihat ketika dia beradegan memetik gitar dan menyanyi. Dan sepertinya Yui menyadari bahwa dirinya memang tidak bisa berakting. Saya pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa dia tidak akan pernah main film lagi dan Taiyou no Uta akan menjadi satu-satunya film yang dia bintangi. Keputusan yang bagus, Yui! Tetapi saya lupa tahun berapa saya membaca artikel tersebut karena setelah mengecek info tentang Yui, saya mendapati bahwa dia pernah menjadi bintang tamu dalam dorama Kaito Royale (2011). Melihat karakter Kaoru di sini sepertinya memang dibuat sesuai dengan diri Yui yang sebenarnya yang memang pemalu. Dan karakter Kaoru yang pemalu tersebut ternyata bisa nekat juga memperkenalkan  dirinya sendiri pada Koji. "Amane Kaoru desu! 16sai desu! Kareshi wa imasen!" ("I'm Amane Kaoru. I'm sixteen. I dont have a boyfriend."). Itulah kata-kata yang dilontarkan Kaoru pada Koji ketika memperkenalkan dirinya. Dan adegan tersebut sangat lucu dan menghibur. Sepertinya apa yang dilakukan Kaoru tersebut bisa jadi referensi juga buat berkenalan dengan para lelaki, nih! ^^

Kendati Yui sebagai pemain utama dalam film ini, namun saya menilai faktor pemain pendukungnyalah yang justru berhasil menghidupkan cerita dalam film ini. Takashi Tsukamoto yang berperan sebagai Koji salah satunya. Takashi Tsukamoto memang spesialis peran-peran yang lucu dan rada bego kayak Koji ini. Dan saya sedih dia selalu kebagian peran seperti itu terus padahal dia punya potensi yang cukup bagus dalam mengembangkan aktingnya  :(. Ah, sebenarnya alasan utama saya menonton film ini juga karena ingin melihat Takashi Tsukamoto. Karakter Koji memang sangat menyenangkan dan loveable sehingga beberapa kali tercipta momen-momen lucu yang bisa membuat saya tersenyum melihatnya. Selain Takashi, Goro Kishitani dan Kuniko Asagi yang berperan sebagai orang tua Kaoru juga bermain bagus. Terutama Goro Kishitani, saya suka karakter yang dimainkan disini. Tak ketinggalan Airi Toriyama yang juga bermain lumayan bagus.

Ya, walaupun beberapa karakternya saya suka dan tema pantang menyerahnya bagus, tapi sayangnya saya memang tidak menikmati film ini sama sekali. Yeah, mungkin karena genrenya juga, sih! Jika saya menontonnya pada tahun film ini tayang, pasti saya yakin saya akan mengatakan bahwa film ini bagus dan recommended. Tapi sayangnya, saya menontonnya delapan tahun kemudian, sehingga saya sudah bosan dengan formula chessy yang terdapat dalam film ini. Begitu pun film ini tetap saya rekomendasikan untuk pecinta film romance dan tentu saja bagi Yui-lover. Bonusnya, Yui menyanyikan tiga buah lagunya di film ini yaitu Skyline, It's Happy Line dan Good-bye Days.




Title: Taiyou no Uta / Midnight Sun / A Song to the Sun / タイヨウのうた | Genre: Romance, Drama | Director: Norihiro Koizumi | Music: Yui | Release dates: June 17, 2006 | Running time: 119 min. | Language: Japanese | Cast: Yui, Takashi Tsukamoto, Kuniko Asagi, Goro Kishitani, Sogen Tanaka, Airi Toyama | IMDb










Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png